Friday, 14 June 2013

Bocah Cilik

      Siang tadi sehabis pulang dari kampus, aku melihat seorang bocah laki-laki dan ibunya. Bocah itu sedang dikerok, itu adalah cara untuk mengobati masuk angin dengan menggunakan uang logam yang digosokkan ke punggung. Bocah itu sedang dikerok oleh ibunya, punggungnya sangat merah dan biasanya kalau merah berarti dia benar-benar masuk angin. Aku merasa kasiihan dengan bocah itu, posisinya mereka sedang berada di pinggir jalan. aku sebenarnya sering melihat mereka di jalan itu dan aku rasa mereka tinggal disana. Tinggal di depan rumah orang di pinggir jalan. Aku tidak tega melihat mereka seperti itu. Semua kegiatan mereka dilakukan di pinggir jalan itu. Mulai dari tidur sampai makan.
        Tidak heran jika bocah itu akhirnya masuk angin, ya karena dia tidur di pinggir jalan di dalam gerobak tepatnya malah mungkin di atas jalan aspal itu yang hanya dialasi kain seadanya. Miris memang, tapi tidak yang dapat diperbuat lagi. Aku sangat ingin membantu mereka, aku ingin hanya memberi sekedar memberi sebungkus nasi atau makanan kepada mereka, tapi aku takut. Aku takut mereka marah karena merasa tersinggung dengan sikapku nantinya. Mereka sama sekali tidak mengemis dengan orang-orang yang melewati jalan itu.
         Bapak dan ibu bocah itu bekerja dengan mngambil atau mengumpulkan barang-barang bekas. Aku tidak mengerti bagaimana bisa mereka mencukupi kebutuhan mereka hanya dengan seperti itu. Apalagi bocah itu memilikim adik yang masih bayi, aku pernah melihatnya. Jujur aku ingin membantu mereka tapi aku bingung, aku tidak mau menyinggung mereka. Selain itu, aku sangat kagum dengan bocah itu walaupun keadaannya seperti itu dia masih bisa tersenyum dan riang berman. Aku mungkin tidak bisa hidup seperti dia, mungkin aku akan sering mengeluh jika berada di posisinya. Bocah itu sangat tegar dan bahkan aku seringkali melihat dia membantu bapaknya mengumpulkan barang-barang bekas.
          Banyak pelajaran yang dapat aku ambil dari bocah itu. Seharusnya aku banyak bersyukur dengan keadaanku sekarang ini, aku bahkan kita jauh lebih beruntung dari dia. aku masih bisa sekolah bahkan aku bisa melanjutkan ke perguruan tinggi, aku bisa membeli baju. makan dengan layak, tinggal didalam rumah, terlindug dari hujan dan panas matahari. Aku harus lebih menghargai hidup dan menghargai jerih payah orangtuaku. Aku harus tetap optimis menjalani hidup seperti bocah itu, dia terlihat tidak peduli dengan apa yang akan terjadi dengan hari esok yang terpenting adalah hari ini dan dia tetap tersenyum dalam menjalani hari sesulit apapun.
             Dia sangat bersyukur dengan apa yang diberikan allah swt, aku harus mencontoh dia. Aku tidak akan menyianyiakan apa yang telah diberikan allah swt.

Hargailah hidup kalian dan orang-orang disekeliling kalian
         

No comments:

Post a Comment

Featured post

Jevarine - Mild Shampoo all in one non sls 250ml

 Deskripsi: Periode Kedaluwarsa: 1 tahun Jevarine - Mild Shampoo All In One Non SLS Deskripsi Produk: Jevarine All In One Shampoo adalah ...